Sabtu, 01 November 2014



MAKALAH PENGEMBANGAN SISTEM
PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN
Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah bimbingan penyuluhan
Dosen,
Drs. Ikhwan Ependi, M.Pd













 








Di Susun Oleh :
Ø  Radli
Ø  Siti Maria Ningsih
Ø  Amir Fatwa


YAYASAN MANBA EL-KHAIR
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH ( STIT)
RANCARANJI
2014/2015



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Penilaian adalah bagian yang sangat penting dalam proses evaluasi. Penilaian hasil belajar pserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus umpan balik kepada guru gara dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran.
Namun penilaian yang ada tidak serta merta dilakukan begitu saja agar proses penilaian yang dilakukan oleh guru tidak asal-asalan dan tanpa arah yang jelas. Penilaian yang dilakukan secara asal-asalan pada akhirnya akan menghasilkan informasi tentang hasil pencapaian pembelajaran peserta didik yang tidak akurat dan tidak sesuai dengan apa yanga ada di lapangan. Dalam Ensiklopedia Pendidikan, Prof. Soegarda mengatakan bahwa evaluasi adalah: perkiraan kenyataan atas dasar ukuran nilai tertentu dalam rangka situasi yang khusus dan tujuan yang ingin dicapai. Pendapat lain evaluasi pendidikan adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. Bagaimana bisa evalausi itu dikatakan valid jika dalam pelaksanaan penilaiannya cenderung asal-asalan adan tanpa acuan. Oleh karena itu adanya acuan dalam penilain mutlak harus ada.
1.2  Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas penulis merumuskan beberapa permasalahan di antaranya :
1.      Apa itu penilaian dalam pembelajaran?
2.      Apa pengertian tes,pengukuran,asesmen,dan evaluasi?
3.      Bagaimana kedudukan tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi?
4.      Apa saja prinsip-prinsip dalam pembelajaran?
5.      Bagaimana jenis dan fungsi penilaian dalam embelajaran?
1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui apa itu penilaian dalam pembelajaran
2.      Untuk mengetahui apa pengertian tes,pengukuran,asesmen,dan evaluasi
3.      Untuk mengetahui bagaimana kedudukan tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi
4.      Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip dalam pembelajaran
5.      Untuk mengetahui bagaimana jenis dan fungsi penilaian dalam embelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian penilaian
Penilaian didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi tentang kinerja siswa, untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan (Weeden, Winter, dan Broadfoot: 2002; Bott: 1996; Nitko: 1996; Mardapi: 2004).
Penilaian merupakan komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya.
Menurut Mardapi, (2004), penilaian dan pembelajaran adalah dua kegiatan yang saling mendukung, upaya peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui upaya perbaikan sistem penilaian.
Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dalam memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian yang diterapkan.
pada saat membicarakan masalah penilaian, kita sering menggunakan beberapa istilah seperti tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi yang digunakan secara tumpang tindih (over lap). Untuk itu berikut ini akan disajikan beberapa pengertian dari istilah-istilah tersebut.
2.1.1        Tes
Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan unutk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan dimana dalam setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Dengan demikian maka setiap tes menuntu siswa memberi respons atau jawaban. Respons yang diberikan siswa dapat benar atau salah. Jika respons yang diberikan siswa benar, maka kita katakana siswa tersebut telah mencapai tujuan embelajaran yang kita ukur melalui butir soal tersebut tetapi jika respons  yang diberikan salah, berarti mereka belum dapat mencaai tujuan pembelajaran yang kita ukur. Apabla ada seperangkat tugas atau pertanyaan yang diberikan kepada siswa tetapi tidak ada jawaban yang benar atau salah maka itu buka tes, (zainul dan nasoetion, 1997)
2.1.2        Pengukuran
Pengukuran ada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka dari suatu objek yang diukur.  Gronlund dan linn (1990) secara sederhana merumuskan pengukuran sebagai “measurement is limited quantitative descriptions of pupil behavior, that is result of measurement are always expressed in number”. (pengukuran adalah uraian kwantitatif yang terbatas dari perilaku murid, yang hasil dari pengukuran selalu berbentuk jumlah). Penetapan angka ini merupakan suatu upaya untuk menggambarkan karakteristik suatu objek. Untuk dapat menghasilkan angka (yang merupakan hasil pengukuran) maka diperlukan alat ukur.
            Dalam melakukan pengukuran kita harus berupaya agar kesalahan pengukurannya sekecil mungkin. Untuk itu diperlukan alat ukur yang dapat menghasilkan hasil pengukuran yang valid dan reliable. Jika dalam melakukan engukuran kita tidan banyak melakukan kesalahan, maka hasil pengukuran tidak dapat menggambarkan skor yang sebenarnya dari objek yang kita ukur.
Kesalahan pengukuran dapat bersumber dari tiga hal yaitu dari alat ukur yag digunakan, objek yang diukur, atau orang yang melakukan pengukuran. Kesalahan pengukuran tersebut dapat bersifat acak (random)
atau dapat juga bersifat sistematis. Kesalahan acak dapat disebabkan karena adanya perbedaan kondisi fisik dan mental yang diukur dan yang mengukur, sedangkan kesalahan sistematis bersumber dari kesalahan alat ukur, yang diukur atau yang mengukur. Contoh : guru dapat melakukan kesalahan sistematis jika dalam memberi skor, guru tersebut cenderung memberi skor yang murah atau cenderung memberi skor yang mahal pada seluruh siswa. Tetapi jika dalam memberi skor kepada siswa, gru tidak melukannya secara konsisten maka akan terjadi bias dalam pengukuran.
2.1.3        Asesmen
Kenyataan menunjukan bahwa banyak gur yang belum mengetahui dengan benar konsep asesmen dan evaluasi. Satu istilah yang sering digunakanuntuk mewadahi kegiatan asesmen dan evaluasi adalah penilaian. Penggunaan istilah penilaian untuk mewadahi kedua kegiatan tersebut sebenarnya tidak terlalu salah karena dalam konsep asesmen tersebut sebenarnya tidak terlalu salah karena dalam konsep asesmen dan evaluasi mengandung unsur pengambilan kesimpulan.
            Menurut hanna (1993) “assessment is the process of collecting, interpreting, and synthesizing information to aid in decision making. Assessment synonymous with measurement plus observation. It concerns drawing inferences from these data sources. The primary purpose of assessment is to increase student”s learning and development rather than simply to grade or rank student performance” (morgan & o’reilly, 1999).
            Jadi asesmen merupakan kegiatan pengumpulan informasi hasil belajar siswa yang diperolh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil belajar dan perkembangan belajar  siswa. Berbagai jenis tagihan yang digunakan dalam asesmen antara lain : kuis, ulangan harian, tugas individu, tugas kelompok, ulangan akhir semester, laporan kerja dsb.
2.1.4        Evaluasi
Jika kita bicara asesmen dan evaluasi dalam pembelajaran maka lingkup asesmen hanya pada individu siswa dalam kelas, sedangkan lingkup evaluasi adalah seluruh komponen dalam program pembelajaran tersebut. Evaluasi merupakan penilaian keseluruhan program pendidikan mulai perencanaan suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian (asesmen) serta pelaksanaannya, engadaan dan peningkatan kemampuan guru, manajemen endidikan dan reformasi pendidikan secara keseluruhan. Evalusi bertujuan meningkatkan kualitas, kinerja atauproduktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Agar dapat meningkatkan kualitas, kinerja dan produktivitas maka kegiatan evaluasi selalu didahului dengan kegiatan pengukuran dan asesmen.
            Tyler seperti dikutip oleh mardapi, D. (2004) menyatakan bahwa evaluasi merupakan peroses penetuan sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai. Banyak definisi evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli tetapi pada hakekatnya evaluasi selalu memuat masalah informasi dan kebijakan yaitu infoirmasi tentang pelaksanaan dan keberhasilan suatu program yang selanjutnya digunakan untuk menetukan kebjakan selanjutnya, kalau seorang guru mengevaluasi program pembelajaran yang telah ia lakuakan, maka ia harus mengevaluasi pelaksanan dan keberhasilan dari program pembelajaran dapat mendorong guru untuk mengejar lebih baik mendorong siswa untuk belajar lebih baik.
2.2  Kedudukan tes, pengukuran, asesmen dan evaluasi
 anda memahami pengertian tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi seperti telah diuraikan di atas, maka anda dapat menetukan kedudukan tes, pengukuran, asesemen, dan evaluasi
            Tes merupakam sal;ahsatu jenis alat ukur yang digunakan untuk menagih hasil belajar siswa. Misalnya seorang guru telah melaksanakan tes IPS maka guru tersebut akan memperoleh data hasil belajar siswa dalam mata pelajaran tersebut. Data hasil belajar siswa tersebut merupakan hasil pengukuran. Jadi untuk melakuakn pengukluran guru perlu alat ukur. Alat ukur yang digunakan untuk memperoleh informasi hasil belajar dapat berupa tes atau non tes. Dari kumpulan data tersebut guru akan dapat menarik kesimpulan tentang perkembang belajar IPS siswa. Kegiatan inilah yang disebut dengan asesemen. Jadi untuk melakukan asesmen guru memerlukan alat ukur, hasil pengukuran dan penyimpulan dari data-data hasil pengukuran. Jika setelah selesai pembelajaran guru ingin melihat kembali peran setiap komponen dalam program pembelajaran. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari setiap komponen kegiatan pembelajaran meka guru dapat menilai efektivitas program pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut anda dapat menentukan kedudukan tes, pengukuran, asesemen, dan evaluasi.
2.3  Prinsip-prinsip penilaian
agar dalam melakukan penilaian atau evaluasi benar-benar dapat memberi gambaran yang senenarnya tentang pencapaian hasil belajar siswa, maka dalam melakukan penilaian guru perlu memperhatikan prinsi-prinsip penilaian sebagai berikut:
2.3.1        Berorientas pada pencapaian kompetensi,
artinya penilaian yang dilkukan harus berfungsi untuk mengukur ketercapaian siswa dalam pencapaian kompetensi seperti yang telah ditetapkan dalam kurikulum,
2.3.2        Instrumen penilaian harus valid dan reliable,
 artinya penilaian yang dilakukan harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk itu guru guru memerlukan alat ukur yang data menghasilkan hasil pengukuran yang valid dan reliable. Reliable artinya alat ukur tersebut walaupun digunakan berluang ulang akan mendapat hasil yang sama.
2.3.3        Adil
artinya penilaian oleh guru harus adil kepad seluruh siswa
2.3.4        Obyektif,
artinya dalam penilaian hasil belajar siswa guru haurs dapat menjaga obyektifitas proses dan hasil belajar siswa.
2.3.5        berkesinambungan (kontinuitas)
artinya penilaian yang dilakukan harus terencana, bertahap, teratur, terus menerus dan berkesinambungan untuk memperoleh informasi hasil belajar dan perkembangan belajar siswa.
2.3.6        Menyeluruh
dalam arti bahwa penilaian yang guru lakukan harus mampu menilai keseluruhan kompetensi yang terdapat dalam kurikulum yang melitputi kognitif, afektif, dan psikomotor.
2.3.7        Terbuka,
kriteria penilaian harus terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan hasil belajar siswa jelas bagi pihak ihak yang berkepentingan.
2.3.8        Bermakna,
hasil penilaian harus bermakna bagi siswa, dan juga pihak pihak yang berkepentingan.

2.4  jenis dan fungsi penilaian dalam pembelajaran
Dalam dunia pendidikan khususnya disekolah, kita mengenal berbagai macam atau jenis tes, misalnya tes seeksi, tes enempatan, pre test, post test, test formtif, tes sumatif, tes diagnosis, tes unjuk kerja (erformance test). Jenis-jenis tes tersebutmempunyai tujuan dan fungsi tertentu. Misalnya tes seleksi dimaksudkan untuk menyeleksi atau memilih calon yang data diterima untuk mengikuti suatu program, dengan demikian tes seleksi akan digunakan untuk menghasilakan calon calon terpilih yang data diterima untuk mengikuti suatu program. Tes penematan dimaksudkan untuk menempatkan siswa sesuai dengan kemampuannya, dengan demiian tes penempatan dapat digunakan untuk mengelompokan siswadalam suatu kelompok yang relative sama (homogen) kemampuan dan keterampilannya. Pre-testdimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memahami materi pelajaran yang akan disampaikan, sedangkan post-test dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan program setelah mereka mengikuti program tersebut. Dengan demikian pre test dan post test dapat digunakan untuk menilai efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, test formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran yang baru saja diajarkan. Jika banyak siswa yang belum dapat mencapai tujuan yang telah ditetakan, maka program pembelajaran tersebut harus diulang. Dengan demikian tes formatif dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan. Tes diagnostic dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam memahami materi pelajaran. Dengan demikian tes diagnostic dapat dimanfaatkan sebagai awal untuk menetukan dan memperbaiki atau menghilangkan pennyebab kesulitan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran. Tes sumatif, dimaksudkan untuk menilai keberhasilan siswa setelah mengikuti seluruh rangkaian proses pembelajaran, dengan demikian tes sumatif digunakan untuk menilai hasil belajar siswa. Sedangkan tes untuk kerja menilai performance siswa dalam menghayati atau menghasilkan suatu karya  atau hasil belajar, inilah materi yang akan dibahas dalam kegiatan belajar ini.
2.4.1        tes seleksi dan fungsinya
Diberbagai media massa baik cetak maupun elektronik kita sering mendengar, melihat atau membaca iklan tentang lowongan pekerjaan, enerimaan siswa/mahasiswa baru yang dipasang oleh berbagai instansi, sekolah dan perusahaan.
Agar instansi, sekolah dan perusahaan tersebut memperoleh pegawai, atau siswa yang mengikuti syarat dan berkualitas dari sekian banyak calaon yang melamar atau mendaftar, mka instansi, sekolah dan perusahaan tersebut baiasanya mengadakan tes seleksi. Sesuai dengan nemanya, tes seleksi merupakan satu jenis tes yang dimaksudkan untiuk menyeleksi atau memilih calon peserta yang memenuhi syarat untuk mengikuti suatu program. Tes seleks biasanya diadakan jika jumlah peminat yang akan mengikuti suatu program melebihi dari ayng dibutuhkan. Tes seleksi dapat dilaksanakan secara tertulis, wawancara dan keduanya. Proses untuk memlih orang yang teat menduduki suatu jabatan biasanya dilakukan dengan wawancara. Sudah tentu instansi atau erusahaan sudah menyiapkan criteria yang harus dipenuhi oleh calon. Dari hasil wawancara mendalam terhadap calon, pihak pimpina instansi atau manajemen perusahaan akan memilih calon yang dianggap paling tepat dan menguntungkan instansi/perusahaan. Cara inilah yang sekarag dikena; dengan istilah fit and proper test.
Untuk mengadakan tes seleksi yang biasanya dilakukan dalam beberapa tahap misalnyatahap pertama seleksi berkas, seleksi tertulis, seleksi wawancara, bahkan kadang-kadang ditambah dengan tes kecakapan khusus yang disesuaikan dengan program atau pekerjaan yang akan dikerjakan, misalnya untuk penerimaan tenaga dosen, materi yang diajukan biasanya berupa tes bahasa inggris dan tes potensi akademik (TPA) kedua tes tersebut dianggap dapat menunjang keberhasilan tugas seorang dosen.
2.4.2        Tes Penempatan dan Fungsinya
Tujuan akhir dari suatu proses pembelajaran adalah sertiap siswa diharaplkan dapat mencapai kompetensi atau tujuan pembelaaran yang telah ditetapkan. Kalau demikian maka semestinya setia individu siswa diberi kesempatan yang sama untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kecepatannya. Inilah yang sebenarnya menjadi konsep belajar tuntas (mastery learning). Jika diberikan kesempatan yang cukup pada dasarnya setiap individu siswa dapat mencapai semua tujuan pembelajaran yang telah diteptakan. Yang membedakan adalah kecepatan setiap individu siswa dalam mencaai tujuan tersebut. Apabila konsep ini diterapkan maka setiap siswa akan diberi kesempatan untuk belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatan masing masing. Siswa yang cerdas akan dapat menyelesaikan proses pembelajaran lebih ceat dari siswa yang kurang cerdas. Dengan sistem belajar seperti ini sebenarnya siswa akan data belajar secara maksimal dan terhi8ndar dari rasa bosan. Dalam sistem pembelajaran maka tes penempatan (placement test) memegang peranan penting dalam membantu mengelompokkan siswa dengan sesuai kemampuannya. Gronlund dan lim (1990) dalam suryanto menyatakan bahwa “the goal of placement evaluation is to determine the position in instructional sequence and the mode of instruction that is most beneficial each pupil.”
Konsep mastery learning pernah dilaksanakan di Indonesia mulai tahun 1976 melalui royek perintis sekolah pembangunan (PPSP) sampai tahun Sembilan puluhan. Setelah proyek PPSP dihentikan maka sistem pembelajaran kelas di Indonesia kembali menerapkan konsep “mix ability”. Artinya dalam satu kelas akan terdiri dari siswa siswa dengan tingkat kemapuan dan kecerdasan yang beragam. Dalam satu kelas akan terdaat siswa yang pandai, sedang dan kurang pandai. Dengan sistem seperti ini waktu pencaaian seerti ini jelas akan merugikan siswa yang cerdas.
Pada saat ini tes penempatan banyak dilakukan di lembaga lembaga pendidikan non formal seperti ditempat kursus bahasa asing dan kursus keterampilan. Sebelum mengikuti kursus bahasa inggris semua peserta diharuskan untuk mengikuti tes enempatan terlebih dahulu. Dari hasil tes enematan kan diketahui kelompok kelompok siswa sesuai dengan kemampuannya. Setelah program PPSP dihapus ada tahun Sembilan puluhan, saat ini mulai muncul sekolah sekolah yang mempunyai kelas unggulan. Kelas unggulan ini ditempatki oleh siswa siswa yang berdasarkan tes penempatan mempunyai keunggulan disbanding dengan siswa lain. Waktu penyelesaian program bagi siswa yang masuk pada kelas unggulan sama dengan siswa yang berada dikelas bukuan unggulan, tetapi siswa dikelas unggulan diberi program program tambahan sehingga kemampuan siswa dalam menguasai tujuan pembelajarannya menjadi lebih mantap. Disamping kelas unggulan, saat ini muncul kelas akselerasi. Seperti halnya kelas unggulan, kelas ini diisi oleh siswa siswa yang berdasarkan tes penematan mempunyai restasi lebih dibandingkan dengan siswa lainnya. Kalau ada kelas unggulan waktu penyelesaian studinya sama dengan siswa kwlas biasa, maka pada kelas penyelesaian studinya sama dengan siswa kelas biasa. Siswa kelas akselerasi dapat menyelesaikan studinya si SMP atau SMA hanya dalam waktu dua tahun.
Manfaat yang dapat dipetik dengan dilaksanakannya tes enempatan adalah kita dapat memperoleh kelompok peserta program dengan kemampuan yang relative homogeny sehingga program dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
2.4.3        pre test-post test dan fungsinya.
Dilihat dari nam tes tersebut kita sudah dapat mengetahui bahwa pre test merupakan salah satu jenis tes yang dilaksanakan pada awal proses pembelajaran dan post test merupakan salah satu jenis tes yang dilaksanakan setelah proses embelajaran selesai. Jika dilihat dari tujuannya, pre test bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan demikian apabila dilihat dari waktu pelaksanaan tenya maka pre test diambil? Sudah barang tentu materi untuk pre test diambil dari seluruh materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Butir soal dari pre test dikembangkan untuk mengukur semua tujuan embelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana pembelajaran. Untuk mengetahui keberhasilan roses pembelajaran yang telah dilaksanakan maka pada akhirnya proses pembelajaran kita data melakukan post test. Agar kita dapat mengetahui apakah pembelajaran yang dilakukan berhasil atau tidak maka tes yang digunakan pada saat pre test dan post test harus mengukur tujuan yang sama. Test yang digunakan pada saat pre test dan post test sebaikknya tidak tes yang sama tetapi tes yang mengukur tujuan embelajaran yang sama. Tes inilah yang disebut dengan tes parallel.
2.4.4        tes diagnostik dan fungsinya
Tes diagnostic merupakan tes yang dilaksanakan untuk mengetahui enyebab kesulitan yang dialami siswa. Ronlund dan lim (1990) menyatakan bahwa “the fungsion of diagnostic is to diagnose learning difficulities during instruction”. Karena tes diagnostic akan digunakan untuk mengetahui dan menemukan kesulitan pemahaman konsep  konse yang sulit diahami maka materi tes diagnostic dikemabngkan dari konsep konsep yang sulit dipahami siswa. Dari hasil tes diagnostic guru akan dapat menemukan kesultan belajar yang dialami siswa. Selanjutnya guru harus beruapaya untuk mencari cara menghilangkan penyebab kesulitan belajar itu sehingga siswa data berhasil menyelesaikan semua program pembekajaran yang telah dirancang.
            Kesulitan belajar siswa yang dialami oleh siswa dalam mempelajari suatu konsep akan berbeda satu sama lainnya. Jadi walaupun tes diagnostic itu dilakukan secara klasikal tetapi terapi dari setiap kesulitan tersebut harus tetap dilakukan secara individual. Kesulitan belajar siswa dapat disebabkan karena proses pembelajaran. Guru merupakan actor penting dalam pembelajaran. Sebagai salah satu komponen penentu dalam proses pembelajaran, guru memegang kunci dalam menetukan keberhasilan siswa. Jika guru pandai dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat. Maka siswa akan mudah mencerna materi yang disampaikan oleh guru tersebut. Faktor diluar pembelajaran yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar siswa antara lain adanya hambatan fisik, psikologis dan sosial.
2.4.5        Tes Formatif dan Fungsinya
Tes formatif merupakan salah satu jenis tes yang diberikan kepada siswa setelah menyelesaikan satu unit pembelajaran. Tes formatif tidak dimaksudkan untuk memberi nilai kepada siswa tetapi hasil tes formatif akan dimanfaatkan untuk memonitor apakah proses pembelajaran yang baru saja dilaksanakan telah dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana pembelajaran atau belum. Seperti apa yang disampaiakan oleh gronlubnd dan linn (1990) bahwa “the function of formative evaluation is to monitor learning progress during instruction”. Jika dari hasil tes formatif ternyata terdapat sejumlah tujuan embelajaran yang belum dapat dikuasai siswa. Guru harus mencari penyebabnya, apakah penyebab tersebut karena adanya masalah pada diri siswa atau karena proses pembelajaran tidak berjalan sebagaimana mestinya.
2.4.6        Tes Sumatif dan Fungsinya
jika tes formatif ebih dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran, maka tes sumatif merupakan jenis  tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran dan dimaksudkan untuyk mengukur keberhasilan siswa dalam menguasai keseluruhan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran setiap meta pelajaran akan mencakup pengembangan tiga kawasan (ranah) pada diri siswa yaitu pengembangan kawasan  kognitif afektif dan psikomotor walaupun penekanan pengembangan kawasan yang berbeda. Sehingga manfaat tes sumatif adalah :
1.      Bagi siswa
Seerti telah dijelaskan diatas bahawa tes sumatif bertujuan untuk menilai keberhasilan siswa setelah mengikuti seluruh rangkaian proses pembelajaran. Setelah siswa mengikuti tes sumatif maka hasilnya harus segera diberitahukan kepada siswa yang bersangkutan agar mereka dapat mengetahui sejauh mana prestasi atau tingkat kemampuannya dalam mata pelajaran tersebut
2.      Bagi guru
Hasil tes sumatif tidak dimaksudkan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada saat itu, tetapi akan dapat menjadi bahan renungan bagi guru untuk menganalisiskembali proses pembelajaran yang telah dilakuakn sehingga dapat ditemukan apa yang menjadi faktor penyebab dadanya siswa yang tidak mencapai tujuan pembelajaran.
3.      Bagi orang tua
Banyak orang rua karena kesibukannya bekerja, tidak sempat mengontrol aktivitas belajar anaknya dirumah. Padahal sesungguhnya anaknya hanya akan berada disekolah dalam waktu 6-7 jam per hari. Waktu yang terbanya dati anak itu justru berada dirumah atau diluar rumah. Jika kemudian anknya mengalami masalah seperti tidak naik kelas , tidak lulus, bahkan terlibat tauran. Maka tumuan kesalahan biasanya adalah sekolah. Supaya masalah ini tidak terjadi sebaiknnya para orang tua selalu berusaha mengontrol aktivitas anaknya saat berada didalam atau diluar rumah.
4.      Bagi keala sekolah
Maanfaatnya bagi kepala sekolah dapat dimanfaatkan utnuk mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan dalam GBPP


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menuju kualitas pembelajaran yang baik, diperlukan sistem penilaian yang baik pula. Agar penilaian dapat berfungsi dengan baik, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka sangat perlu untuk menetapkan standar penilaian yang akan menjadi dasar dan acuan bagi guru dan praktisi pendidikan dalam melakukan kegiatan penilaian. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka perlu kerjasama yang baik dari beberapa pihak terkait, seperti guru, siswa dan sekolah. Ketiga pihak tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda sesuai dengan proporsi masing-masing. Jika masing-masing pihak melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana mestinya maka akan tercipta suatu suasana yang kondusif, dinamis, dan terarah untuk perbaikan kualitas pembelajaran melalui perbaikan sistem penilaian. Hingga Tujuan akhir dari suatu proses pembelajaran adalah sertiap siswa diharaplkan dapat mencapai kompetensi atau tujuan pembelaaran yang telah ditetapkan. Kalau demikian maka semestinya setiap individu siswa diberi kesempatan yang sama untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kecepatannya. Inilah yang sebenarnya menjadi konsep belajar tuntas (mastery learning). Jika diberikan kesempatan yang cukup pada dasarnya setiap individu siswa dapat mencapai semua tujuan pembelajaran yang telah diteptakan. Yang membedakan adalah kecepatan setiap individu siswa dalam mencaai tujuan tersebut.
3.2  Saran
Saran dari penulis kiranya makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran naik penulis, pembaca khususnya siswa dan guru didalam meningkatkan proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien







DAFTAR PUSTAKA

Adi Suryanto, dkk. 2008. Evaluasi pembelajaran di SD. Jakarta : universitas
terbuka
Gronlund, N.E & Linn, R.L. 1990. Measurement and evalution in teaching. New
York: memillan publishing company
Hanna, G.S. 1993. Better teaching trough better measurement, Harcourt barce
jonavovich collage pub, new York
Mardapi, D. 2004. Penyusunan tes hasil belajar. Yogyakarta, program pasca
sarjana universitas negeri Yogyakarta.
Nasoetion, N dan Suryanto, A. 1999. Evaluasi pembelajaran, Jakarta : universitas
terbuka.
Nitko, A.J. 1983. Educational test and measurement ; an introduction, new York:
Harcourt brace jonavovich inc.