Senin, 29 Desember 2014

karya ilmiah ikan kerapu



BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Potensi alam terutama potensi lautnya sangat berlimpah.Berbagai jenis biota laut dapat dengan mudah ditemukan disepanjang laut di Indonesia, salah satunya di daerah Bali, khususnya di Gondol. Masyarakat di sekitar daerah Gondol sebagian besar berprofesi sebagai nelayan yang hampir setiap hari menangkap, mengkonsumsi dan menjual hasil-hasil laut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga lambat laun biota laut akan menjadi semakin berkurang dan bahkan punah. Salah satu biota laut yang saat ini populasinya sudah menurun adalah ikan kerapu.
Ikan kerapu ini dikenal sebagai jenis ikan konsumsi yang merupakan ikan laut yang mempunyai prospek pengembangan yang cukup cerah.Permintaan pasar dalam keadaan hidup terhadap spesies ini baik didalam maupun diluar negeri sangat tinggi. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa sebagian masyarakat hanya bisa mengambil ikan kerapu di laut bebas tanpa memikirkan keberadaannya selama beberapa tahun ke depan. Pembudidayan perlu dilakukan untuk mengurangi penangkapan ikan kerapu dilaut bebas secara besar-besaran dan dalam jangka waktu yang lama. Namun banyak dari masyarakat yang belum paham mengenai cara pembudidayaan yang benar. Dengan demikian, pembudidayaan perlu diupayakan baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka dipandang perlu mengetahui dan memahami lebih detail tentang pembudidayaan induk ikan kerapu. Untuk itu dilakukan penelitian ke Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol sehingga ditemukan informasi berkaitan dengan pembudidayaan induk ikan kerapu.
1.2              Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut :
Bagaimanakah cara pembudidayaan induk ikan kerapu dalam mempertahankan kelestarian jenisnya ?

1.3              Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, yaitu :
Untuk mengetahui cara pembudidayaan induk ikan kerapu dalam mempertahankan kelestarian jenisnya.
1.4       Manfaat Penelitian
1)     Memberikan pengalaman nyata kepada siswa untuk melakukan penelitian sehingga mampu menghubungkan materi yang didapat di sekolah dengan kehidupan nyata sehari-hari, dalam rangka meningkatkan kualitas daya analisis kritis siswa.
2)      Menghadirkan suasana ilmiah di lingkungan sekolah sehingga mampu meningkatkan sikap ilmiah yang kritis, jujur, objektif, dan bertanggung jawab dalam rangka mewujudkan suasana kompetisi yang sehat di lingkungan sekolah.
3)      Memberikan informasi yang lebih detail tentang pembudidayaan dan pemeliharaan induk kerapu  kepada pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya sehingga mampu menumbuhkan  jiwa kreatif dan inovatif.
4)      Memberikan sumbangan pemikiran berkaitan dengan pembudidayaan dan pemeliharaan induk kerapu sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan IPTEK perikanan budidaya laut kepada masyarakat.

1.4              Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi tentang ikan kerapu, untuk  pengamatan karya wisata ini dilakukan pembatasan masalah yaitu pengamatan tentang budidaya induk ikan kerapu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Pengertian Budidaya
            Budidaya secara harfiah berarti pemeliharaan. Dalam konteks perikanan, berarti kegiatan pemeliharaan segala jenis sumber daya perikanan yang dilakukan oleh manusia dalam lingkungan terkontrol untuk tujuan kesejahteraan manusia. Kegiatan budidaya biasanya dibagi menjadi:
1). Pembenihan (mengawinkan organisme untuk mendapatkan anakan)
2). Pemeliharaan larva (anakan yang kecil sekali dan belum menyerupai      organisme dewasa, biasanya diberi makan plankton)
Pendederan/ Pemeliharaan juvenil (larva berkembang menjadi organisme yang menyerupai dewasa, tapi alat kelamin belum matang)
Pembesaran: Pemeliharaan organisme dewasa untuk memenuhi ukuran dan berat yang diinginkan untuk konsumsi
Budidaya perikanan adalah usaha pemeliharaan dan pengembang biakan ikan atau organisme air lainnya. Budidaya perikanan disebut juga sebagai budidaya perairan atau akuakultur mengingat organisme air yang dibudidayakan bukan hanya dari jenis ikan saja tetapi juga organisme air lain seperti kerang, udang maupun tumbuhan air. Istilah akuakultur yang diambil dari istilah dalam Bahasa Inggris Aquaculture. Berikut definisi akuakultur menurut beberapa sumber. Akuakultur merupakan suatu proses pembiakan organisme perairan dari mulai proses produksi, penanganan hasil sampai pemasaran(Wheaton, 1977). Akuakultur merupakan upaya produksi biota atau organisme perairan melalui penerapan teknik domestikasi (membuat kondisi lingkungan yang mirip dengan habitat asli organisme yang dibudidayakan), penumbuhan hingga pengelolaan usaha yang berorientasi ekonomi (Bardach, dkk., 1972).
2.2       Persyaratan dalam Pembudidayaan Ikan
            Dalam membudidayakan ikan di kolam atau empang ada beberapa persyaratan yang perlu diketahui, diantaranya antara lain :

1. Sumber Air
Dalam pemilihan tempat untuk budidaya ikan perlu memperhatikan sumber air. sumber air ini harus cukup dan memadai. sumber air ini bisa berasal dari sungai, aliran irigasi, maupun mata air. sumber air sedapat mungkin tersedia sepanjang tahun dengan debit yang memadai.  salah satu contoh dalam memelihara ikan mas memerlukan suplai air dengan debit 10 - 16 liter/detik/ha.

2.  Jenis tanah dan kemiringan
Dalam membangun kolam harus memperhatikan jenis tanah dan kemiringan. kolam yang dibangun sebaiknya memiliki jenis tanah yang liat atau lempung berpasir (sandy clay) sehingga tidak porus. Kemiringan lahan yang digunakan untuk budidaya ikan sebaiknya memiliki kemiringan 5 - 10 derajat karena kondisi air demikian akan memudahkan pengaliran air secara gravitasi.

3. Kualitas Air
Air yang digunakan untuk budidaya ikan harus memenuhi kualitas yang disyaratkan. air yang digunakan tidak berbahaya, tidak mengandung racun berbahaya dan bisa menumbuhkan pakan alami. Secara umum parameter kualitas air untuk melakukan budidaya ikan yang baik adalah:
a. Suhu : 25 - 30 derajat celcius
b. pH air : 6,5 - 8,5
c. DO (oksigen terlarut) : minimal 3 ppm
d. Kadar Amonia (NH3) :  maksimal 0,5 ppm

4. Jauh dari tempat pembuangan limbah
Lokasi yang digunakan untuk budidaya ikan harus jauh dari limbah industri maupun dari limbah rumah tangga.
2.3       Spesies Ikan Kerapu
Dalam pergaulan internasional kerapu dikenal dengan nama grouper atau trout, mempunyai sekitar 46 spesies yang tersebar di berbagai jenis habitat. Dari semua spesies tersebut, bisa dikelompokkan ke dalam 7 genus meskipun hanya 3 genus yang sudah dibudidayakan dan menjadi jenis      komersial yaitu genus Chromileptes, Plectropomus, dan Epinephelus.
Spesies kerapu komersial Chromileptes altivelis termasuk jenis Serranidae, ordo Perciformes. Jenis kerapu ini disebut juga polka dot grouper atau hump backed rocked atau dalam bahasa lokal sering disebut ikan Kerapu Bebek. Ciri-ciri tubuh adalah berwarna dasar abu-abu dengan bintik hitam.Daerah habitatnya meliputi Kepulauan Seribu, Kepulauan Riau, Bangka, Lampung dan kawasan perairan terumbu karang.Kerapu Sunu(coral trout) sering ditemukan hidup di perairan berkarang.Warna tubuh merah atau kecoklatan sehingga disebut juga kerapu merah, yang warnanya bisa berubah apabila dalam kondisi stres.Mempunyai bintik-bintik biru bertepi warna lebih gelap. Daerah habitat tersebar di perairan Kepulauan Karimanjawa, Kepulauan Seribu, Lampung Selatan, Kepulauan Riau, Bangka Selatan, dan perairan terumbu karang. Kerapu Lumpur atau estuary grouper (Epinephelus spp) mempunyai warna dasar hitam berbintik-bintik sehingga disebut juga kerapu hitam.Spesies ini paling banyak dibudidayakan karena laju pertumbuhannya yang cepat dan benih relatif lebih banyak ditemukan.Daerah habitat banyak ditemukan di Teluk Banten, Segara Anakan, Kepulauan Seribu, Lampung, dan daerah muara sungai.









BAB III
METODE PENELITIAN
3.1       Rancangan Penelitian
            Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang ditemukan apa adanya. Langkah-langkah dalam penelitian ini secara garis besar terdiri dari tiga langkah yaitu persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Pada tahap persiapan  meliputi: menganalisis permasalahan,dan melakukan telaah pustaka. Sedangkan pada tahap pelaksanaan yaitu mengambil data ke lokasi penelitian. Dalam hal ini, penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol. Sedangkan pada tahap pelaporan meliputi: analisis data, penyusunan laporan, dan presentasi laporan penelitian.
            Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 September 2012. Dalam hal ini persiapan penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Banjar, pengambilan data di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol dan penyusunan laporan dilaksanakan baik di sekolah maupun di tempat yang di sepakati oleh tim peneliti. Penelitan ini diharapakan mampu memberikan informasi yang kreatif dan inovatif berkaiatan dengan keberadaan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol.
3.2       Aspek Kajian
            Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana terdapat satu aspek kajian.  Aspek kajian pembudidayaan induk ikan kerapu meliputi latar belakang melakukan pembudidayaan induk ikan kerapu, langkah awal dalam melakukan pembudidayaan, pemerolehan indukan ikan kerapu, perawatan induk.
3.3       Instrumen penelitian
            Dalam penelitian ini terdapat satu aspek kajian yaitu pembudidayaan induk ikan kerapu. Oleh karena itu, instrumen dalam penelitian ini meliputi satu aspek kajian tersebut. Adapun instrumen berkaitan dengan pembudidayaan induk ikan kerapu disajikan berdasarkan tabel berikut.
No
Aspek yang dikaji
Deskripsi Hasil Penelitian
1.
Pembudidayaan induk ikan kerapu


1.1  Latar belakang pembudidayaan
induk ikan kerapu


1.2 Langkah awal dalam melakukan
Pembudidayaan


1.3  Pemerolehan induk ikan kerapu


1.4 Perawatan induk


            Dalam penelitian ini juga digunakan metode wawancara. Oleh karena itu, dipersiapkan daftar pertanyaan untuk memperkuat data berkaitan dengan pembudidayaan induk ikan kerapu, maka dilakukan wawancara dengan narasumber di lokasi penelitian. Adapun pedoman wawancara disajikan pada tabel sebagai berikut:
No
Pertanyaan
Jawaban
1.
Apa yang melatarbelakangi di tempat ini dilaksanakan di pembudidayaan?

2.
Bagaimana langkah awal dalam melakukan pembudidayaan ?

3.
Di perairan mana dapat ditemukan ikan kerapu ini ?

4.
Bagaimana cara memperoleh induk ikan kerapu yang berkualitas ?

5.
Bagaimana cara pembersihan kolam atau bak tempat pemeliharaan induk ikan kerapu ?

6.
Apa saja pakan yang sesuai untuk induk ikan kerapu ?

7.
Penyakit atau hama apa saja yang sering menyerang induk ikan kerapu ?

8.
Bagaimana cara mengatasi apabila ada induk ikan kerapu yang terserang penyakit atau hama ?


3.4       Teknik Pengumpulan Data
            Data atau informasi yang dikumpulkan dalam laporan ini terdiri dari kegiatan pada Bagian Teknik Perawatan Induk, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode wawancara dan metode observasi. Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi dari narasumber yaitu Teknisi Perawatan Induk . Metode wawancara diterapkan untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang telah dirancang dalam instrumen penelitian dan untuk  memperjelas informasi yang dimaksud, maka dilakukanlah observasi atau pengamatan langsung di lokasi penelitian sehingga data yang didapatkan lebih akurat dan terpercaya.
3.5       Analisis Data 
            Data merupakan informasi yang diperoleh melalui instrumen penelitian yang dikumpulkan melalui teknik wawancara  dan observasi. Data yang didapatkan melalui teknik wawancara dan observasi tersebut berupa deskriptif kualitatif. Data tersebut menjelaskan tentang konservasi induk ikan kerapu di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan  Budidaya Laut Gondol.







BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1       Hasil Penelitian
            Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana terdapat satu kajian dalam penelitian ini,yaitu pembudidayaan induk ikan kerapu. Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol pada tanggal 27 September 2012. Penelitian ini di fokuskan pada satu kajian tersebut .
Berdasarkan hasil observasi ,ditemukan hasil seperti di sajikan pada tabel berikut ini:
No
Aspek yang dikaji
Deskripsi Hasil Penelitian
1.
Pembudidayaan  induk ikan kerapu


1.1  Latar belakang melakukan
pembudidayaan induk ikan kerapu
Harga ikan kerapu yang tinggi menyebabakan penangkapan terus terjadi sehingga membuat populasinya semakin berkurang, sehingga dilaksanakanlah pembudidayaan  induk ikan kerapu

1.2  Langkah awal dalam pembudiayaan induk ikan kerapu
Induk di letakkan di bak beton berdasarkan jenisnya. Kemudian ditunggu sampai masa kawin, pemijahan, dan pendederan

1.3  Pemerolehan induk ikan kerapu
Diperoleh dengan cara membeli dari pengepul yang berasal dari Denpasar dan pengusaha yang memiliki keramba jaring apung di Pegametan

1.4  Perawatan induk
Terdiri dari pembersihan bak beton, pemberian pakan yang sesuai, dan cara mengatasi penyakit yang menyerang induk ikan kerapu

            Dalam penelitian inijuga digunakan metode wawancara. Oleh karena itu dipersiapkan daftar pertanyaan untuk memperkuat data berkaitan dengan pembudidayaan induk ikan kerapu, maka dilakukan wawancara dengan narasumber di lokasi penelitian. Adapun pedoman wawancara disajikan pada tabel sebagai berikut :
No
Pertanyaan
Jawaban
1.
Apa yang melatarbelakangi di tempat ini dilaksanakan pembudidayaan induk ikan kerapu ?
Harga ikan kerapu yang tinggi menyebabakan penangkapan terus terjadi, sehingga membuat populasinya semakin berkurang, sehingga dilaksanakanlah pembudidayaan induk ikan kerapu
2.
Bagaimana langkah awal dalam pembudidayaan ?
Induk di letakkan di bak beton berdasarkan jenisnya. Kemudian ditunggu sampai masa kawin, pemijahan, dan pendederan
3.
Di perairan mana dapat ditemukan ikan kerapu ini ?
Di perairan Madura dan di perairan timur khususnya di Nusa Tenggara Timur.
4.
Bagaimana cara memperoleh induk ikan kerapu yang berkualitas ?
Dilakukan dengan cara memilih ikan yang ukurannya normal, tidak cacat, dan tidak luka
5.
Bagaimana cara pembersihan kolam atau bak tempat pemeliharaan induk ikan kerapu ?
Dengan menggunakan kaporit, pembersihan kolam dilakukan dua kali dalam satu bulan.
6.
Apa saja pakan yang sesuai untuk induk ikan kerapu ?
Pakan yang diberikan berupa campuran ikan non ekonomis dan cumi-cumi
7.
Penyakit atau hama apa saja yang sering menyerang induk ikan kerapu ?
Parasit, bakteri atau sejenis kutu
8.
Bagaimana cara mengatasi apabila ada induk ikan kerapu yang terserang penyakit  atau hama ?
Induk diletakkan beberapa waktu dalam air tawar agar penyebab penyakit atau kutu dapat terlihat

BBPPBL merupakan balai yang berada di Dusun Gondol, Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. BBPPBL ini didirikan pada tahun 1985 dengan kegiatan awal yaitu pembenihan.
Alasan didirikannya BBPPBL ini adalah karena potensi alam terutama potensi laut yang berada di sekitar daerah Gondol sangat mendukung. Selain itu profesi masyarakat yang ada di sekitar Gondol sebagian besar sebagai nelayan yang hampir setiap hari mencari ikan di laut menjadi salah satu alasan berikutnya. Ketakutan pemerintah akan berkurangnya populasi ikan, menyebabkan BBPPBL ini melakukan penelitian, pengembangan, dan pembudidayaan salah satunya adalah ikan kerapu.

4.2        Pembahasan
            Selama ini produksi ikan kerapu diperoleh oleh para nelayan dengan cara penangkapan, baik dengan kail (hand line) atau dengan alat tradisional lainnya, seperti bubu, sero, atau rawai dasar. Pada umumnya hasil tangkapan nelayan ini langsung dikonsumsi atau dijual segar dalam jumlah yang kecil karena penangkapan dengan sistem ini memang sangat terbatas. Namun akhir-akhir ini (sesuai permintaan dan trend pasar yang menghendaki ikan kerapu hidup) para nelayan telah mencoba membudidayakan dengan pembesaran secara tradisional, dimana benihnya berasal dari tangkapan di laut. Proses penangkapan ikan khususnya ikan kerapu terus terjadi sehingga membuat populasinya semakin berkurang, untuk menanggulangi penangkapan yang terus-menerus, maka dilaksanakanlah pembudidayaan induk ikan kerapu yang berlokasi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol. Yang bertujuan supaya populasi ikan khususnya ikan kerapu tidak mengalami kepunahan.
            Langkah awal yang harus di perhatikan dalam melakukan pembudidayaan induk ikan kerapu adalah peletakan atau penempatan induk ikan dalam bak beton dengan volume 100 m3, sirkulasi air 300-400% per hari. Kemudian ditunggu sampai masa perkawinan. Masa perkawinan terjadi pada bulan gelap, berbeda dengan bandeng yang masa kawinnya tidak tentu. Setelah masa perkawinan maka dilanjutkan dengan pemijahan pada induk yang sudah mengalami masa kawin. Telur yang dihasilkan oleh satu  induk  dari pemijahan bisa mencapai ribuan telur. Untuk menghindari kerusakan pada telur maka dibuatkan pipa yang menghubungkan antara bak beton dengan egg collector. Agar telur dapat menuju ke egg collector, maka volume air yang berada pada bak beton harus sesuai dengan tinggi lubang pipa. Apabila telur sudah terkumpul di egg collector maka telur akan dipindahkan ke ember dengan menggunakan alat saring yang lubangnya berdiameter 60 mikron. Untuk mengetahui antara telur yang dibuahi dan yang tidak maka dapat dilihat dari posisi telur di air.Jika telur dalam posisi mengambang maka telur tersebut sudah dibuahi, dan apabila telur mengendap di dasar ember, itu berarti telur tidak dibuahi. Untuk menghindari agar telur yang dibuahi tidak busuk dan menimbulkan bau, maka telur kembali dipindahkan ke dalam bak inkubasi sampai satu minggu hingga telur menetas. Ketika telur sudah menjadi larva maka selanjutkan dipindahkan ke bak pendederan. Pada masa pendederan larva akan menjadi lebih besar dalam waktu satu minggu. Biasanya untuk memilih calon induk yang berkualitas baik, dilakukan pada hari ke lima puluh.
            Induk ikan kerapu banyak dijumpai pada perairan Madura dan di perairan timur khususnya di Nusa Tenggara Timur. Dari konservasi yang dilakukan, induk yang ada didapat dengan cara membeli dari pengepul yang berada di Denpasar dan pengusaha ikan yang memiliki keramba jaring apung di Pegametan. Untuk memperoleh calon induk yang berkualitas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu : ikan yang ukurannya normal, tidak cacat dan tidak luka, seperti mulutnya bengkok dan insangnya keluar. Selain itu, pemberian pakan juga sangat penting dalam pemeliharaan induk ikan kerapu. Pakan yang sesuai untuk diberikan adalah campuran antara ikan non ekonomis dan cumi-cumi dengan perbandingan 2:1 sampai kenyang. Sebelum pakan diberikan, terlebih dahulu pakan dibersihkan dengan cara mengeluarkan isi perut dari ikan non ekonomis tersebut.
            Di samping memperhatikan kualitas induk, yang juga perlu diperhatikan yaitu kebersihan bak beton tempat pemeliharaan ikan .Pembersihan bak beton dilakukan secara berkala, yaitu dua kali dalam satu bulan dengan menggunakan kaporit yang bertujuan membersihkan kuman-kuman yang dapat menyerang induk ikan  kerapu. Sedangkan untuk membersihan induk ikan dilakukan dengan cara memindahkan ikan pada sebuah bak yang berisi air tawar selama tiga menit. Ini bertujuan untuk mengetahui penyakit pada ikan, salah satunya yaitu kutu yang melekat pada tubuh ikan. Kutu ini dapat menyebabkan tubuh ikan menjadi terluka karena tubuhnya digesekkan pada bak beton. Sementara untuk menghindari induk ikan dari serangan burung pemangsa ikan, maka dipasang jaring pada pemukaan bak beton.











BAB V
PENUTUP
5.1       Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
Pembudidayaan induk ikan kerapu dapat dilakukan dengan cara memilih induk yang berkualitas, melakukan pembersihan kolam secara berkala yaitu dua kali dalam satu bulan dengan menggunakan kaporit, pembersihan induk  ikan kerapu dilakukan dengan cara memindahkan induk ikan kerapu ke dalam bak berisi air tawar dalam waktu tiga menit, pakan berupa campuran ikan non ekonomis dan cumi-cumi yang diberikan sampai induk ikan kenyang, rata-rata enam kilogram per hari.
5.2 Saran-saran
Dengan hasil penelitian, yaitu pembudidayaan induk kerapu  dalam mempertahankan kelestarian jenisnya, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut.
1)      Pelaksanaan Karya Wisata memiliki tujuan yang sangat strategis dalam upaya mengembangkan keterampilan berfikir kritis siswa. Oleh karena itu disarankan agar kegiatan Karya Wisata ini terus dilakukan dengan mengambil  objek yang lebih menantang sehingga upaya meningkatkan daya nalar  kemampuan, ketrampilan dikalangan siswa pada umumnya dan siswa SMAN 1 Banjar pada khususnya terus dikembangkan.
2)      Dalam penyeleggaraan Karya Wisata perlu dilakukan persiapan yang lebih matang. Oleh karena itu,disarankan agar dalam menyelenggarakan kegiatan ini persiapannya lebih lama sehingga dapat direncanakan dengan baik dan benar yang berakibat pada hasil yang diharapkan menjadi lebih baik.
3)      Kepada masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan, hendaknya paham terhadap biota laut yang saat ini  populasinya sudah semakin berkurang. Dengan demikian, maka akan diketahui bagaimana cara menjaga dan mengembangkan biota laut khususnya ikan kerapu supaya tidak mengalami kepunahan.
4)      Penelitian ini  merupakan penelitian awal dari upaya yang dikaji lebih dalam tentang pembudidayaan ikan kerapu.Oleh karena itu disarankan kepada pembaca dan siswa pada umumnya yang ingin melakukan penelitian dapat menggunakan penelitian ini dan juga sekaligus menambah motivasi untuk meningkatkan pembudidyaan ikan kerapu di hari-hari yang akan datang.Penelitian dilakukan sehingga kajian lebih mengarah ke hal-hal  teknik pembudidayaan ikan kerapu yang nantinya lebih berkualitas.












DAFTAR PUSTAKA
Kohno H., P.T. Imanto, S. Dani, B. Slamet and P. Sunyoto (1990).Reproductive performance and early life history of the grouper.Epinephelus fuscogutatus. Bul, Penel, Perikanan Spec. Eds (1) 27-36) diunduh Senin, 1 Oktober 2012