BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Potensi alam
terutama potensi lautnya sangat berlimpah.Berbagai jenis biota laut dapat
dengan mudah ditemukan disepanjang laut di Indonesia, salah satunya di daerah
Bali, khususnya di Gondol. Masyarakat di sekitar daerah Gondol sebagian besar
berprofesi sebagai nelayan yang hampir setiap hari menangkap, mengkonsumsi dan
menjual hasil-hasil laut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga lambat laun
biota laut akan menjadi semakin berkurang dan bahkan punah. Salah satu biota
laut yang saat ini populasinya sudah menurun adalah ikan kerapu.
Ikan kerapu ini dikenal sebagai jenis ikan konsumsi yang
merupakan ikan laut yang mempunyai prospek pengembangan yang cukup cerah.Permintaan
pasar dalam keadaan hidup terhadap spesies ini baik didalam maupun diluar
negeri sangat tinggi. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa sebagian masyarakat
hanya bisa mengambil ikan kerapu di laut bebas tanpa memikirkan keberadaannya
selama beberapa tahun ke depan. Pembudidayan perlu dilakukan untuk mengurangi
penangkapan ikan kerapu dilaut bebas secara besar-besaran dan dalam jangka
waktu yang lama. Namun banyak dari masyarakat yang belum paham mengenai cara
pembudidayaan yang benar. Dengan demikian, pembudidayaan perlu diupayakan baik
dari pihak pemerintah maupun masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka
dipandang perlu mengetahui dan memahami lebih detail tentang pembudidayaan
induk ikan kerapu. Untuk itu dilakukan penelitian ke Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Laut Gondol sehingga ditemukan informasi berkaitan dengan
pembudidayaan induk ikan kerapu.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut :
Bagaimanakah cara pembudidayaan induk ikan kerapu dalam
mempertahankan kelestarian jenisnya ?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini, yaitu :
Untuk mengetahui cara pembudidayaan induk ikan kerapu
dalam mempertahankan kelestarian jenisnya.
1.4 Manfaat
Penelitian
1)
Memberikan
pengalaman nyata kepada siswa untuk melakukan penelitian sehingga mampu
menghubungkan materi yang didapat di sekolah dengan kehidupan nyata
sehari-hari, dalam rangka meningkatkan kualitas daya analisis kritis siswa.
2)
Menghadirkan
suasana ilmiah di lingkungan sekolah sehingga mampu meningkatkan sikap ilmiah
yang kritis, jujur, objektif, dan bertanggung jawab dalam rangka mewujudkan
suasana kompetisi yang sehat di lingkungan sekolah.
3)
Memberikan
informasi yang lebih detail tentang pembudidayaan dan pemeliharaan induk
kerapu kepada pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya sehingga
mampu menumbuhkan jiwa kreatif dan inovatif.
4)
Memberikan
sumbangan pemikiran berkaitan dengan pembudidayaan dan pemeliharaan induk
kerapu sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan IPTEK
perikanan budidaya laut kepada masyarakat.
1.4
Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi tentang ikan
kerapu, untuk pengamatan karya wisata ini dilakukan pembatasan masalah
yaitu pengamatan tentang budidaya induk ikan kerapu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Budidaya
Budidaya secara harfiah berarti
pemeliharaan. Dalam konteks perikanan, berarti kegiatan pemeliharaan segala
jenis sumber daya perikanan yang dilakukan oleh manusia dalam lingkungan
terkontrol untuk tujuan kesejahteraan manusia. Kegiatan budidaya biasanya
dibagi menjadi:
1). Pembenihan (mengawinkan organisme untuk mendapatkan anakan)
2). Pemeliharaan larva (anakan yang kecil sekali dan belum menyerupai organisme dewasa, biasanya diberi makan plankton)
Pendederan/ Pemeliharaan juvenil (larva berkembang menjadi organisme yang menyerupai dewasa, tapi alat kelamin belum matang)
Pembesaran: Pemeliharaan organisme dewasa untuk memenuhi ukuran dan berat yang diinginkan untuk konsumsi
1). Pembenihan (mengawinkan organisme untuk mendapatkan anakan)
2). Pemeliharaan larva (anakan yang kecil sekali dan belum menyerupai organisme dewasa, biasanya diberi makan plankton)
Pendederan/ Pemeliharaan juvenil (larva berkembang menjadi organisme yang menyerupai dewasa, tapi alat kelamin belum matang)
Pembesaran: Pemeliharaan organisme dewasa untuk memenuhi ukuran dan berat yang diinginkan untuk konsumsi
Budidaya perikanan adalah usaha
pemeliharaan dan pengembang biakan ikan atau organisme air lainnya. Budidaya
perikanan disebut juga sebagai budidaya perairan atau akuakultur mengingat
organisme air yang dibudidayakan bukan hanya dari jenis ikan saja tetapi juga
organisme air lain seperti kerang, udang maupun tumbuhan air. Istilah
akuakultur yang diambil dari istilah dalam Bahasa Inggris Aquaculture.
Berikut definisi akuakultur menurut beberapa sumber. Akuakultur merupakan suatu
proses pembiakan organisme perairan dari mulai proses produksi, penanganan
hasil sampai pemasaran(Wheaton, 1977). Akuakultur merupakan upaya produksi
biota atau organisme perairan melalui penerapan teknik domestikasi (membuat
kondisi lingkungan yang mirip dengan habitat asli organisme yang
dibudidayakan), penumbuhan hingga pengelolaan usaha yang berorientasi ekonomi
(Bardach, dkk., 1972).
2.2 Persyaratan dalam
Pembudidayaan Ikan
Dalam membudidayakan ikan di kolam
atau empang ada beberapa persyaratan yang perlu diketahui, diantaranya antara
lain :
1. Sumber Air
Dalam pemilihan tempat untuk budidaya ikan perlu memperhatikan
sumber air. sumber air ini harus cukup dan memadai. sumber air ini bisa berasal
dari sungai, aliran irigasi, maupun mata air. sumber air sedapat mungkin
tersedia sepanjang tahun dengan debit yang memadai. salah satu contoh
dalam memelihara ikan mas memerlukan suplai air dengan debit 10 - 16
liter/detik/ha.
2. Jenis tanah dan kemiringan
2. Jenis tanah dan kemiringan
Dalam membangun kolam harus memperhatikan jenis tanah dan
kemiringan. kolam yang dibangun sebaiknya memiliki jenis tanah yang liat atau
lempung berpasir (sandy clay) sehingga tidak porus. Kemiringan lahan yang
digunakan untuk budidaya ikan sebaiknya memiliki kemiringan 5 - 10 derajat
karena kondisi air demikian akan memudahkan pengaliran air secara gravitasi.
3. Kualitas Air
3. Kualitas Air
Air
yang digunakan untuk budidaya ikan harus memenuhi kualitas yang disyaratkan.
air yang digunakan tidak berbahaya, tidak mengandung racun berbahaya dan bisa
menumbuhkan pakan alami. Secara umum parameter kualitas air untuk melakukan
budidaya ikan yang baik adalah:
a. Suhu : 25 - 30 derajat celcius
b. pH air : 6,5 - 8,5
c. DO (oksigen terlarut) : minimal 3 ppm
d. Kadar Amonia (NH3) : maksimal 0,5 ppm
4. Jauh dari tempat pembuangan limbah
a. Suhu : 25 - 30 derajat celcius
b. pH air : 6,5 - 8,5
c. DO (oksigen terlarut) : minimal 3 ppm
d. Kadar Amonia (NH3) : maksimal 0,5 ppm
4. Jauh dari tempat pembuangan limbah
Lokasi
yang digunakan untuk budidaya ikan harus jauh dari limbah industri maupun dari
limbah rumah tangga.
2.3
Spesies Ikan Kerapu
Dalam
pergaulan internasional kerapu dikenal dengan nama grouper atau trout,
mempunyai sekitar 46 spesies yang tersebar di berbagai jenis habitat. Dari
semua spesies tersebut, bisa dikelompokkan ke dalam 7 genus meskipun hanya 3
genus yang sudah dibudidayakan dan menjadi jenis
komersial yaitu genus Chromileptes, Plectropomus, dan Epinephelus.
Spesies kerapu komersial Chromileptes altivelis termasuk jenis Serranidae, ordo Perciformes. Jenis kerapu ini disebut juga polka dot grouper atau hump backed rocked atau dalam bahasa lokal sering disebut ikan Kerapu Bebek. Ciri-ciri tubuh adalah berwarna dasar abu-abu dengan bintik hitam.Daerah habitatnya meliputi Kepulauan Seribu, Kepulauan Riau, Bangka, Lampung dan kawasan perairan terumbu karang.Kerapu Sunu(coral trout) sering ditemukan hidup di perairan berkarang.Warna tubuh merah atau kecoklatan sehingga disebut juga kerapu merah, yang warnanya bisa berubah apabila dalam kondisi stres.Mempunyai bintik-bintik biru bertepi warna lebih gelap. Daerah habitat tersebar di perairan Kepulauan Karimanjawa, Kepulauan Seribu, Lampung Selatan, Kepulauan Riau, Bangka Selatan, dan perairan terumbu karang. Kerapu Lumpur atau estuary grouper (Epinephelus spp) mempunyai warna dasar hitam berbintik-bintik sehingga disebut juga kerapu hitam.Spesies ini paling banyak dibudidayakan karena laju pertumbuhannya yang cepat dan benih relatif lebih banyak ditemukan.Daerah habitat banyak ditemukan di Teluk Banten, Segara Anakan, Kepulauan Seribu, Lampung, dan daerah muara sungai.
Spesies kerapu komersial Chromileptes altivelis termasuk jenis Serranidae, ordo Perciformes. Jenis kerapu ini disebut juga polka dot grouper atau hump backed rocked atau dalam bahasa lokal sering disebut ikan Kerapu Bebek. Ciri-ciri tubuh adalah berwarna dasar abu-abu dengan bintik hitam.Daerah habitatnya meliputi Kepulauan Seribu, Kepulauan Riau, Bangka, Lampung dan kawasan perairan terumbu karang.Kerapu Sunu(coral trout) sering ditemukan hidup di perairan berkarang.Warna tubuh merah atau kecoklatan sehingga disebut juga kerapu merah, yang warnanya bisa berubah apabila dalam kondisi stres.Mempunyai bintik-bintik biru bertepi warna lebih gelap. Daerah habitat tersebar di perairan Kepulauan Karimanjawa, Kepulauan Seribu, Lampung Selatan, Kepulauan Riau, Bangka Selatan, dan perairan terumbu karang. Kerapu Lumpur atau estuary grouper (Epinephelus spp) mempunyai warna dasar hitam berbintik-bintik sehingga disebut juga kerapu hitam.Spesies ini paling banyak dibudidayakan karena laju pertumbuhannya yang cepat dan benih relatif lebih banyak ditemukan.Daerah habitat banyak ditemukan di Teluk Banten, Segara Anakan, Kepulauan Seribu, Lampung, dan daerah muara sungai.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan
Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan
fenomena yang ditemukan apa adanya. Langkah-langkah dalam penelitian ini secara
garis besar terdiri dari tiga langkah yaitu persiapan, pelaksanaan, dan
pelaporan. Pada tahap persiapan meliputi: menganalisis permasalahan,dan
melakukan telaah pustaka. Sedangkan pada tahap pelaksanaan yaitu mengambil data
ke lokasi penelitian. Dalam hal ini, penelitian dilakukan di Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol. Sedangkan pada tahap
pelaporan meliputi: analisis data, penyusunan laporan, dan presentasi laporan
penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 September 2012. Dalam hal ini
persiapan penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Banjar, pengambilan data di
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol dan penyusunan
laporan dilaksanakan baik di sekolah maupun di tempat yang di sepakati oleh tim
peneliti. Penelitan ini diharapakan mampu memberikan informasi yang kreatif dan
inovatif berkaiatan dengan keberadaan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Laut Gondol.
3.2 Aspek Kajian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana terdapat satu aspek
kajian. Aspek kajian pembudidayaan induk ikan kerapu meliputi latar
belakang melakukan pembudidayaan induk ikan kerapu, langkah awal dalam
melakukan pembudidayaan, pemerolehan indukan ikan kerapu, perawatan induk.
3.3 Instrumen
penelitian
Dalam penelitian ini terdapat satu aspek kajian yaitu pembudidayaan induk ikan
kerapu. Oleh karena itu, instrumen dalam penelitian ini meliputi satu aspek
kajian tersebut. Adapun instrumen berkaitan dengan pembudidayaan induk ikan
kerapu disajikan berdasarkan tabel berikut.
No
|
Aspek yang dikaji
|
Deskripsi Hasil Penelitian
|
1.
|
Pembudidayaan induk ikan kerapu
|
|
1.1 Latar
belakang pembudidayaan
induk ikan kerapu
|
||
1.2 Langkah awal dalam melakukan
Pembudidayaan
|
||
1.3 Pemerolehan induk
ikan kerapu
|
||
1.4 Perawatan induk
|
Dalam penelitian ini juga digunakan metode wawancara. Oleh karena itu,
dipersiapkan daftar pertanyaan untuk memperkuat data berkaitan dengan
pembudidayaan induk ikan kerapu, maka dilakukan wawancara dengan narasumber di
lokasi penelitian. Adapun pedoman wawancara disajikan pada tabel sebagai
berikut:
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1.
|
Apa yang melatarbelakangi di tempat ini dilaksanakan di
pembudidayaan?
|
|
2.
|
Bagaimana langkah awal dalam melakukan pembudidayaan ?
|
|
3.
|
Di perairan mana dapat ditemukan ikan kerapu ini ?
|
|
4.
|
Bagaimana cara memperoleh induk ikan kerapu yang
berkualitas ?
|
|
5.
|
Bagaimana cara pembersihan kolam atau bak tempat pemeliharaan
induk ikan kerapu ?
|
|
6.
|
Apa saja pakan yang sesuai untuk induk ikan kerapu ?
|
|
7.
|
Penyakit atau hama apa saja yang sering menyerang induk
ikan kerapu ?
|
|
8.
|
Bagaimana cara mengatasi apabila ada induk ikan kerapu yang
terserang penyakit atau hama ?
|
3.4 Teknik
Pengumpulan Data
Data atau informasi yang dikumpulkan dalam laporan ini terdiri dari kegiatan
pada Bagian Teknik Perawatan Induk, metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data adalah metode wawancara dan metode observasi. Metode wawancara digunakan
untuk mendapatkan informasi dari narasumber yaitu Teknisi Perawatan Induk .
Metode wawancara diterapkan untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang
telah dirancang dalam instrumen penelitian dan untuk memperjelas
informasi yang dimaksud, maka dilakukanlah observasi atau pengamatan langsung
di lokasi penelitian sehingga data yang didapatkan lebih akurat dan terpercaya.
3.5 Analisis
Data
Data merupakan informasi yang diperoleh melalui instrumen penelitian yang
dikumpulkan melalui teknik wawancara dan observasi. Data yang didapatkan
melalui teknik wawancara dan observasi tersebut berupa deskriptif kualitatif.
Data tersebut menjelaskan tentang konservasi induk ikan kerapu di Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana terdapat satu kajian
dalam penelitian ini,yaitu pembudidayaan induk ikan kerapu. Penelitian ini
dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol pada
tanggal 27 September 2012. Penelitian ini di fokuskan pada satu kajian tersebut
.
Berdasarkan
hasil observasi ,ditemukan hasil seperti di sajikan pada tabel berikut ini:
No
|
Aspek yang dikaji
|
Deskripsi Hasil Penelitian
|
1.
|
Pembudidayaan induk ikan kerapu
|
|
1.1 Latar belakang
melakukan
pembudidayaan induk ikan kerapu
|
Harga ikan kerapu yang tinggi menyebabakan penangkapan
terus terjadi sehingga membuat populasinya semakin berkurang, sehingga
dilaksanakanlah pembudidayaan induk ikan kerapu
|
|
1.2 Langkah awal dalam
pembudiayaan induk ikan kerapu
|
Induk di letakkan di bak beton berdasarkan jenisnya.
Kemudian ditunggu sampai masa kawin, pemijahan, dan pendederan
|
|
1.3 Pemerolehan
induk ikan kerapu
|
Diperoleh dengan cara membeli dari pengepul yang berasal
dari Denpasar dan pengusaha yang memiliki keramba jaring apung di Pegametan
|
|
1.4 Perawatan
induk
|
Terdiri dari pembersihan bak beton, pemberian pakan
yang sesuai, dan cara mengatasi penyakit yang menyerang induk ikan kerapu
|
Dalam penelitian inijuga digunakan metode wawancara. Oleh karena itu
dipersiapkan daftar pertanyaan untuk memperkuat data berkaitan dengan
pembudidayaan induk ikan kerapu, maka dilakukan wawancara dengan narasumber di
lokasi penelitian. Adapun pedoman wawancara disajikan pada tabel sebagai
berikut :
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1.
|
Apa yang melatarbelakangi di tempat ini dilaksanakan
pembudidayaan induk ikan kerapu ?
|
Harga ikan kerapu yang tinggi menyebabakan penangkapan terus
terjadi, sehingga membuat populasinya semakin berkurang, sehingga
dilaksanakanlah pembudidayaan induk ikan kerapu
|
2.
|
Bagaimana langkah awal dalam pembudidayaan ?
|
Induk di letakkan di bak beton berdasarkan jenisnya. Kemudian
ditunggu sampai masa kawin, pemijahan, dan pendederan
|
3.
|
Di perairan mana dapat ditemukan ikan kerapu ini ?
|
Di perairan Madura dan di perairan timur khususnya di
Nusa Tenggara Timur.
|
4.
|
Bagaimana cara memperoleh induk ikan kerapu yang
berkualitas ?
|
Dilakukan dengan cara memilih ikan yang ukurannya
normal, tidak cacat, dan tidak luka
|
5.
|
Bagaimana cara pembersihan kolam atau bak tempat
pemeliharaan induk ikan kerapu ?
|
Dengan menggunakan kaporit, pembersihan kolam dilakukan
dua kali dalam satu bulan.
|
6.
|
Apa saja pakan yang sesuai untuk induk ikan kerapu ?
|
Pakan yang diberikan berupa campuran ikan non ekonomis
dan cumi-cumi
|
7.
|
Penyakit atau hama apa saja yang sering menyerang induk
ikan kerapu ?
|
Parasit, bakteri atau sejenis kutu
|
8.
|
Bagaimana cara mengatasi apabila ada induk ikan kerapu
yang terserang penyakit atau hama ?
|
Induk diletakkan beberapa waktu dalam air tawar agar
penyebab penyakit atau kutu dapat terlihat
|
BBPPBL merupakan balai yang berada di
Dusun Gondol, Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali.
BBPPBL ini didirikan pada tahun 1985 dengan kegiatan awal yaitu pembenihan.
Alasan didirikannya BBPPBL ini adalah
karena potensi alam terutama potensi laut yang berada di sekitar daerah Gondol
sangat mendukung. Selain itu profesi masyarakat yang ada di sekitar Gondol
sebagian besar sebagai nelayan yang hampir setiap hari mencari ikan di laut
menjadi salah satu alasan berikutnya. Ketakutan pemerintah akan berkurangnya
populasi ikan, menyebabkan BBPPBL ini melakukan penelitian, pengembangan, dan
pembudidayaan salah satunya adalah ikan kerapu.
4.2 Pembahasan
Selama ini produksi ikan kerapu
diperoleh oleh para nelayan dengan cara penangkapan, baik dengan kail (hand
line) atau dengan alat tradisional lainnya, seperti bubu, sero, atau rawai
dasar. Pada umumnya hasil tangkapan nelayan ini langsung dikonsumsi atau dijual
segar dalam jumlah yang kecil karena penangkapan dengan sistem ini memang
sangat terbatas. Namun akhir-akhir ini (sesuai permintaan dan trend pasar yang
menghendaki ikan kerapu hidup) para nelayan telah mencoba membudidayakan dengan
pembesaran secara tradisional, dimana benihnya berasal dari tangkapan di laut. Proses
penangkapan ikan khususnya ikan kerapu terus terjadi sehingga membuat
populasinya semakin berkurang, untuk menanggulangi penangkapan yang
terus-menerus, maka dilaksanakanlah pembudidayaan induk ikan kerapu yang
berlokasi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol. Yang
bertujuan supaya populasi ikan khususnya ikan kerapu tidak mengalami kepunahan.
Langkah awal
yang harus di perhatikan dalam melakukan pembudidayaan induk ikan kerapu adalah
peletakan atau penempatan induk ikan dalam bak beton dengan volume 100 m3, sirkulasi air
300-400% per hari. Kemudian ditunggu sampai masa perkawinan. Masa perkawinan
terjadi pada bulan gelap, berbeda dengan bandeng yang masa kawinnya tidak
tentu. Setelah masa perkawinan maka dilanjutkan dengan pemijahan pada induk
yang sudah mengalami masa kawin. Telur yang dihasilkan oleh satu
induk dari pemijahan bisa mencapai ribuan telur. Untuk menghindari
kerusakan pada telur maka dibuatkan pipa yang menghubungkan antara bak beton dengan
egg collector. Agar telur dapat menuju ke egg collector, maka volume air yang
berada pada bak beton harus sesuai dengan tinggi lubang pipa. Apabila telur
sudah terkumpul di egg collector maka telur akan dipindahkan ke ember dengan
menggunakan alat saring yang lubangnya berdiameter 60 mikron. Untuk mengetahui
antara telur yang dibuahi dan yang tidak maka dapat dilihat dari posisi telur
di air.Jika telur dalam posisi mengambang maka telur tersebut sudah dibuahi,
dan apabila telur mengendap di dasar ember, itu berarti telur tidak dibuahi.
Untuk menghindari agar telur yang dibuahi tidak busuk dan menimbulkan bau, maka
telur kembali dipindahkan ke dalam bak inkubasi sampai satu minggu hingga telur
menetas. Ketika telur sudah menjadi larva maka selanjutkan dipindahkan ke bak
pendederan. Pada masa pendederan larva akan menjadi lebih besar dalam waktu
satu minggu. Biasanya untuk memilih calon induk yang berkualitas baik,
dilakukan pada hari ke lima puluh.
Induk ikan kerapu banyak dijumpai pada perairan Madura dan di
perairan timur khususnya di Nusa Tenggara Timur. Dari konservasi yang dilakukan, induk yang ada didapat
dengan cara membeli dari pengepul yang berada di Denpasar dan pengusaha ikan
yang memiliki keramba jaring apung di Pegametan. Untuk memperoleh calon induk
yang berkualitas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu : ikan yang
ukurannya normal, tidak cacat dan tidak luka, seperti mulutnya bengkok dan
insangnya keluar. Selain itu, pemberian pakan juga sangat penting dalam
pemeliharaan induk ikan kerapu. Pakan yang sesuai untuk diberikan adalah
campuran antara ikan non ekonomis dan cumi-cumi dengan perbandingan 2:1 sampai
kenyang. Sebelum pakan diberikan, terlebih dahulu pakan dibersihkan dengan cara
mengeluarkan isi perut dari ikan non ekonomis tersebut.
Di samping memperhatikan kualitas induk, yang juga perlu diperhatikan yaitu
kebersihan bak beton tempat pemeliharaan ikan .Pembersihan bak beton dilakukan secara
berkala, yaitu dua kali dalam satu bulan dengan menggunakan kaporit yang
bertujuan membersihkan kuman-kuman yang dapat menyerang induk ikan
kerapu. Sedangkan untuk membersihan induk ikan dilakukan dengan cara
memindahkan ikan pada sebuah bak yang berisi air tawar selama tiga menit. Ini
bertujuan untuk mengetahui penyakit pada ikan, salah satunya yaitu kutu yang
melekat pada tubuh ikan. Kutu ini dapat menyebabkan tubuh ikan menjadi terluka
karena tubuhnya digesekkan pada bak beton. Sementara untuk menghindari induk
ikan dari serangan burung pemangsa ikan, maka dipasang jaring pada pemukaan bak
beton.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
Pembudidayaan induk ikan kerapu dapat
dilakukan dengan cara memilih induk yang berkualitas, melakukan pembersihan
kolam secara berkala yaitu dua kali dalam satu bulan dengan menggunakan
kaporit, pembersihan induk ikan kerapu dilakukan dengan cara memindahkan
induk ikan kerapu ke dalam bak berisi air tawar dalam waktu tiga menit, pakan
berupa campuran ikan non ekonomis dan cumi-cumi yang diberikan sampai induk
ikan kenyang, rata-rata enam kilogram per hari.
5.2
Saran-saran
Dengan hasil penelitian, yaitu pembudidayaan induk
kerapu dalam mempertahankan kelestarian jenisnya, maka dapat disampaikan
saran-saran sebagai berikut.
1)
Pelaksanaan Karya Wisata memiliki
tujuan yang sangat strategis dalam upaya mengembangkan keterampilan berfikir
kritis siswa. Oleh karena itu disarankan agar kegiatan Karya Wisata ini terus
dilakukan dengan mengambil objek yang lebih menantang sehingga upaya
meningkatkan daya nalar kemampuan, ketrampilan dikalangan siswa pada
umumnya dan siswa SMAN 1 Banjar pada khususnya terus dikembangkan.
2)
Dalam penyeleggaraan Karya Wisata
perlu dilakukan persiapan yang lebih matang. Oleh karena itu,disarankan agar
dalam menyelenggarakan kegiatan ini persiapannya lebih lama sehingga dapat
direncanakan dengan baik dan benar yang berakibat pada hasil yang diharapkan
menjadi lebih baik.
3)
Kepada masyarakat yang berprofesi
sebagai nelayan, hendaknya paham terhadap biota laut yang saat ini
populasinya sudah semakin berkurang. Dengan demikian, maka akan diketahui
bagaimana cara menjaga dan mengembangkan biota laut khususnya ikan kerapu
supaya tidak mengalami kepunahan.
4)
Penelitian ini merupakan
penelitian awal dari upaya yang dikaji lebih dalam tentang pembudidayaan ikan
kerapu.Oleh karena itu disarankan kepada pembaca dan siswa pada umumnya yang
ingin melakukan penelitian dapat menggunakan penelitian ini dan juga sekaligus
menambah motivasi untuk meningkatkan pembudidyaan ikan kerapu di hari-hari yang
akan datang.Penelitian dilakukan sehingga kajian lebih mengarah ke
hal-hal teknik pembudidayaan ikan kerapu yang nantinya lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.Dalamhttp://www.globalissues.org/article/170/why-is-
biodiversity-important-who-cares diunduh Minggu, 30 September 2012
Adif.Dalam http://addiehf.wordpress.com/2007/06/14/keanekaragaman-sumber-daya-alam-hayati-dan-konservasinya/
diunduh Minggu, 30 September 2012
Anonym.
Dalam https://www.google.co.id/search?q=+biodiversitas&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-beta#hl=id&client=firefox-beta&hs=aA1&rls=org.mozilla:en-US:official&q=definisi+biodiversitas&revid=241793253&sa=X&psj=1&ei=y_prULikNsasrAf1moHQDQ&ved=0CFwQ1QIoAw&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_qf.&fp=4f19ecbafbea52d7&biw=1352&bih=615
diunduh Senin, 1 Oktober 2012
Kohno
H., P.T. Imanto, S. Dani, B. Slamet and P. Sunyoto (1990).Reproductive
performance and early life history of the grouper.Epinephelus fuscogutatus.
Bul, Penel, Perikanan Spec. Eds (1) 27-36) diunduh Senin, 1 Oktober 2012